"Barang siapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka akan mendapatkan
di bumi ini tempat hijrah yang luas dan (rezeki) yang banyak. Barang
siapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan
Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang
dituju), maka sungguh, pahalanya telah ditetapkan di sisi Allah. Dan
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (An-Nisaa':100)
Sudah lama ingin menuliskan kisah hijrah ini, tapi entah mengapa baru dapat saya sampaikan..
Saya dulu dari MTs dan melanjutkan ke MAN,tapi saya dulu belum terlalu fanatik sekali tentang jilbab yang begitu lebar.
Semenjak MTs saya suka heran dengan mba-mba rohis yang jilbabnya lebar,
dan setiap bertemu saya, selalu menjabat tangan dan cipika cipiki,
padahal saya tidak mengenal mereka. Lalu saya berkaca, "kenapa ya mba2
itu?" padahal jilbab saya gak selebar mereka. Saya tidak faham bahwa
itulah sebaik2nya pakaian muslimah. Pemahaman agama saya teramat sangat
lemah, meski saat itu sekolah memfasilitasi taklim pekanan.
Selang waktu berlalu takdir Allah ternyata mengizinkan saya untuk
tinggal dan menuntut ilmu di belahan bumi-Nya yang lain. Dari situ sebenarnya sudah ada keinginan untuk berhijab
lebar, karena Qadarallah, justru kedekatan pada Allah sangat terasa
ketika saya menjadi sosok yg single fighter di negeri orang. Segala
keluh kesah hanya bermuara pada Allah dan airmata. Namun, apalah daya,
seumuran anak MAN seperti saya kala itu, sendirian dan tidak punya
pemahaman yg mantap ttg Islam dan pakaian muslimah, akhirnya niatan
berhijab lebar pun hanya sekedar niatan semu.
Dulu saya tidak faham apa itu berhijab syar'i, yang hanya saya tau
muslimah itu diwajibkan menutup aurat. Meskipun bgitu, saya sempat
berpikir, andaikan kala itu saya lebih lama lagi di kota orang, pasti
saya sudah berhijab lebar. Karna saya melihat kedamaian di wajah
muslimah yg berhijab lebar dan rapi. Terlebih lagi waktu itu sedang
booming film Ketika Cinta Bertasbih, di mana pemain utamanya mayoritas
berlatar belakang pendidikan yg syar'i dan mengenakan pakaian kehormatan
bagi muslimah. ��
Walau niat utk berhijab lebar kala itu tidak terealisasi sempurna, tidak
sekalipun saya ingin menanggalkan hijab saya meski banyak yang bertanya
"Buat apa dipakai di sini, kan kamu bukan bagian dari mereka.", "Apakah kamu
setiap saat kamu harus mengenakannya?", "Kalau mandi dicopot gak?"
Haha.. Saya tau ak hirnya, menurut mereka Jilbab ini hanya kebudayaan, bukan bagian yg melekat dari agama seseorang.
Beberapa waktu berlalu dan kembalilah saya ke kota asal saya, dan
masih mengenakan jilbab yang "yaaah yang penting nutupin kepala dan
leher laah". Namun terKadang, kenyataannya , berada di kota yang
membebaskan seorang muslimah berhijab sesuai syariat malah melalaikan
saya utk taat kepadaNya.
Hingga akhirnya di tahun 2015, tepatnya tgl 21 Agustus , pag. Itu saya ingin pergi kuliah dengan hijab syar'i.
.
Bismillah...
Ketika itu saya malu-malu, hingga saya memilih utk menutupinya dengan jaket yang agak besar agar orang rumah tidak menyadari.
Saya tidak punya khimar yg syar'i maka saya ambil 2 lembar kerudung paris agar idak tembus pandang. :D
Setelah 2- 3 hari, akhirnya teman2 menyadari perubahan saya dan suka kepo tanya "koq skarang udah berubah?"
Saya tidak pernah mnjawab dengan serius, tapi kali ini saya akan menulis
dengan jujur. Bahwa semua berasal dari kecemburuan saya kepada seorang
akhwat yang hanya saya tau namanya dan tulisan2nya.. Saya cemburu, sebab
bagi saya Ia lebih mencintai Allah ketimbang saya mencintai Allah. Ia
lebih bersemangat berdua-duaan dengan Allah, sedangkan saya masih lalai.
Akhwat itu membuat saya ingin mengejar cintaNya, Allah. Apakah akhwat
itu mengetahui saya? YA. Hanya saja saya pun tau, dalam hatinya mgkin
tersimpan rasa tidak suka yang begitu besar terhadap saya. Sehingga itu
menyulitkan saya utk menyampaikan padanya. Mengapa begitu? Mungkin hanya
jadi rahasia Allah, Ia dan Saya.
Walau berawal dari niatan itu, pelan-pelan saya menulusuri segala hal yg
berkaitan dengan Islam dan bagaimana seharusnya muslimah itu
berpakaian.. Allah..
Berislam sejak lahir tapi baru kali itu saya ingin belajar Islam (semoga Allah mengampuni keterlambatan ini).
Seperti orang yg sangat haus akan ilmu, saya menggali ilmu praktis
melalu internet dan video2 islami, namun masih terasa ada kekosongan
bila tidak berilmu dari majelis. Akhirnya saya mencoba bergabung lagi di
halaqoh yg bertahun2 prnah saya tinggalkan. Dan sebaliknya, saya
tinggalkan pertemuan2 yg tidak ada manfaatnya, perlahan aKhirnya
teman-teman saYa menyadari bahwa saya mgkin tidaK Asik lAgi untuk diajak
ngumpul atau sekedar nonton bAreng.
Dan suatu ketika, dalam renungan saya di perjalanan, airmata saya
mengalir sambil memandang langit, (agak Lebay) , mensyukuri betapa
kuasanya Allah menggiring saya menuju kepadaNya. Meski harus melalui org
lain. Ya muqallibal quluub, tsabbit quluubana 'alaa diinnik. La hawla
wa la quwwata illa billaah...
baru itu saya faham betul makna menutup aurat.
Saya tidak tau apakah ini yang dinamakan hidayah.. Saya hanya bersyukur
bahwa saat ini nikmat iman dan Islam itu begitu meresap di hati. Selalu
ada perasaan sangat hina setelah melakukan dosa. Tidak seperti dulu yang
merasa biasa saja. Astaghfirullah ...
Hijrah ke penampilan yang syari pula akhirnya menginspirasi saya untk
menjadi bagian pjuang dakwah dalam berhijab syar'i dengan berdagang
khimar. Hitung2 mengikuti jejak Rasulullah dalam menyebarkan dakwah
melalui jalur berdagang..bukan bergadang :P Ingin memudahkan diri sndiri
jika ingin membeli khimar dan memudahkan teman-teman yg lain. Rasanya
juga jadi haru setiap ada teman yg pelan2 ingin merubah penampilannya..Namun bukan berarti hijrah ini tanpa ujian. Saat teman-teman sanak
saudara senang melihat perubahan saya, ternyata kekhawatiran itu dtg
dari orgtua sendiri. Suatu malam, mendidih kepala ayah dan ibu saya
sebab mereka melihat perubahan saya ini tidak wajar. Krna saya pelan2
mendalami ilmu yang sunnah, saya pun meninggalkan perkara bid'ah yang
terkadang masih ada dalam keluarga, dan ternyata itu memancing amarah
kedua orgtua saya yg barangkali khawatir saya terikut aliran sesat dsb.
Saya dan ibu berlinang airmata. Panas rasanya hati dan telinga ini
mendengar kekhawatiran Ayah dan Ibu yg begitu besar, sehingga kata2
terdengar perih bagai sembilu. Ingin rasanya menjelaskan dengan lancar
dan lembut bahwa semua ini saya lakukan semata-mata krna ingin meraih
cintanya Allah, namun suara saya tenggelam dalam isak tangis berjam-jam.
Tapi ternyata dari situ lah akhirnya pelan2 perubahan saya sedikit bisa
diterima. ibu saya pun perlahan mengenakan hijab syar'i, tidak pernah
lagi saya lihat ibu melilitkan hijabnya, meski terkadang ibu masih lupa
mengenakan kaus kaki, tapi saya bersyukur bhwa orgtua akhirnya mengerti
jalan hijrah ini penting..
Kemudian suatu hari, saya pun akhirnya memberanikan diri menemui akhwat
yang turut berjasa dalam perjalanan hijrah ini. Saling bertukar cerita
sekedarnya dan bicara perkara hati dan perempuan. Awkward memang, tapi
saya harus cukup senang dgn pertemuan pertama itu. Meski saya tau,
sampai detik ini mungkin Ia tak bisa menerima sepenuhnya keinginan saya
untuk menjadi saudarinya, karna lagi-lagi hati wanita itu sulit dijamah.
Saya pun tak tau mengapa. Namun doa selalu saya selipkan untuknya agar
suatu hari kami bertemu dalan keadaan yg lebih baik dan Allah meridhoi
pertemuan itu.Dan perjalanan hijrah ini tidak akan semanis tanpa rahmat dan kasih
sayangNya kepada hambaNya yg masih berselimut dosa ini. Sungguh, dengan
berawal dari memperbaiki penampilan kemarin, serasa Allah jadi lebih
dekat, dan tidak ada permasalahan yAng terlalu sulit untuk diselesaikan.
Website paling ternama dan paling terpercaya di Asia
BalasHapusSistem pelayanan 24 Jam Non-Stop bersama dengan CS Berpengalaman respon tercepat
Memiliki 9 Jenis game yang sangat digemari oleh seluruh peminat poker / domino
Link Alternatif :
arena-domino.club
arena-domino.vip
100% Memuaskan ^-^